Cerita Seks - Kenangan di Akhir Tahun
Pengalaman yang tak akan terlupakan dimana kejadian ini terjadi saat
orang sedang ramai mempersiapkan perayaan natal untuk hari esok, tetapi
beda dari tahun sebelumnya aku ingin merayakan di tahun ini bersama
kekasihku dan teman baikku, waktu itu pacarku Tutik memakai pakaian yang
ketat dan celana gemes yang terlihat paha putih mulusnya. Blousenya itu mencetak jelas body dan buah dadanya yang berukuran 36B
dan dari bokongnya yang nungging terbentuk bulatan penuh menyerupai
gunung kembar terlihat celana dalam kecil dan tipis tercetak di blouse
bagian belakangnya, paha putih mulusnya jika selagi duduk terlihat
celana dalam tipisnya yang berwarna hitam sungguh seksi malam ini.
Hendro tersenyum senang ketika bertemu apalagi melihat Tutik terlihat
seksi kulihat dia beberapa kali mencuri pandang ke Tutik dan ketika kami
bertiga berjalan dengan mobil dia beberapa kali berbicara dengan Tutik
sambil membalikkan tubuhnya ke belakang karena Tutik duduk di belakang
sementara aku terus menyetir mobil menuju ke karaoke di bilangan
Harmoni.
Kita memang ingin santai terutama aku karena untuk melepas stress akibat
pekerjaan, bernyanyi dan tertawa di ruang tertutup tentu lebih enak dan
puas. Memang betul, dicoba saja walaupun suara anda pas-pasan atau
fals, tidak usah anda pikirkan karena semua teman anda tahu bahwa anda
bernyanyi dan menikmati suasana untuk melepas beban kerjaan,
teriak-teriak saja boleh kok! asal teman anda jangan pada budeg saja
jadinya.
Kami bertiga masuk keruangan VIP room di VIP ini ada kursi mebel yang
panjang berbentuk huruf U kamar tidur tersendiri dan kamar mandi dalam
lengkap. Setelah memesan makanan dengan satu picher bir dan nasi goreng
berikut kentang goreng plus kacang mede, kami bernyanyi bersama dan
kadang sendiri diselang-seling dengan dansa bertiga dan joged berdua
pokoknya semua happy.
Setelah tuntas makan dan minum kembali bernyanyi setelah melihat suasana
telah menghangat aku melihat antara Hendro dan Tutik adanya perasaan
ingin berbincang tanpa adanya aku, maka aku mengambil inisiatif untuk ke
bawah, bilangnya untuk mengambil rokok, padahal tinggal pesan saja ke
kamar rokok dapat di antar ke kamar. Bagaimanapun juga peristiwa yang lalu sudah berlangsung cukup lama
sehingga mereka agak cukup riskan juga untuk lebih mengakrabkan suasana
yang ada. Ini terlihat ketika beberapa kali Hendro berusaha lebih
mendekatkan diri ke Tutik dengan posisi duduk Tutik di antara kami
berdua terlihat.
Hendro kadang dengan ragu meletakkan tangannya di pundak Tutik apabila
Tutik merebahkan badannya ke sofa, kadang dengan pura-pura bercanda
tangannya diletakkan di paha Tutik dan Tutik juga terlihat canggung,
kadang mencubit paha Hendro kadang merebahkan kepala dan badannya ke
pundak Hendro dan kepadaku juga dia melakukan hal itu. Akhirnya, “Aku ke bawah dulu ya… mau ambil rokok di mobil.” kataku.
Kulihat Hendro tersenyum, “Saya kalau bisa Marlboro…” kata Hendro. Tutik hanya tersenyum,
“Yaa sudah saya cariin deh kalau ada warung rokok di seberang jalan,”
kataku memberi kesempatan ke mereka berdua untuk waktu yang agak
memungkinkan mereka lebih mengakrabkan suasana yang ada karena
bagaimanapun Tutik adalah kekasihku dan Hendro adalah teman baikku yang
sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Aku keluar ruangan dan segera
mengambil rokok di mobil dan segera naik kembali ke atas.
Aku sengaja tidak masuk ke dalam ruangan, tapi karena kulihat pintunya
yang sebagian tengahnya dari kaca gelap maka aku dapat melihat ke dalam.
Aku ingin tahu apa mereka telah akrab kembali? Kebetulan di lantai atas
suasananya sepi dan dari luar kaca itu aku dapat melihat ke dalam,
karena di dalam ruangan itu lampunya dalam keadaan hidup sementara di
luar dalam keadaan gelap. Biasanya di dalam dimatikan dan hanya diterangi dari cahaya TV yang
menyala. Kulihat ternyata posisi Hendro telah berubah sekarang. Mereka
terlihat sedang saling berpelukan mesra. Kulihat tangan Tutik melingkar
ke belakang leher Hendro, sementara tangan Hendro juga memeluk pinggang
Tutik.
Hendro sedang mencium bibir Tutik dan ternyata Tutik membalas dengan
menengadahkan kepalanya ke atas. Mereka saling melumat, terlihat dari
gerakan kepala Hendro dan Tutik yang saling berpindah posisi miring kiri
dan kanan dengan penuh emosi mereka berdua tengah saling mempermainkan
lidahnya.Setelah cukup lama maka tangan Hendro mulai merayapi lekuk lekuk tubuh
Tutik. Kadang tangannya meremas bongkahan bokong Tutik dan perlahan
merayap ke atas dan sampai ke gundukan bukit buah dada Tutik dan dengan
remasan perlahan tapak tangannya lalu membuat gerakan meremas dan
memutar seperti memijat. Ketika Tutik menengadahkan kepalanya ke samping segera Hendro menundukan
kepalanya ke gundukan buah dada Tutik dan melakukan gerakan mencium
buah dadanya dari luar blouse sambil menciumi dada Tutik.
Dari luar, tangan Hendro menarik tali di pundak kiri Tutik lalu menarik
tali itu ke bawah melewati tangannya karena dia tidak memakai BH. Maka
tersembulah buah dadanya bagian kiri dengan daging yang putih mulus
dengan putingnya yang telah mengeras di muka Hendro.
Dengan perlahan lidah Hendro menyapu gundukan bukit buah dada Tutik dan
kadang menghisap perlahan puting Tutik. Kulihat Tutik memejamkan matanya
dan mulutnya terbuka. Aku tidak dapat sama sekali mendengar erangan dan
desahan Tutik karena ruangan itu kedap suara dan juga adanya suara
lagu-lagu yang terus berputar di ruangan itu.
Tapi itu tidak menghalangi keinginanku untuk terus melihat dari luar
tanpa berusaha untuk masuk ke dalam kamar karena aku sudah berjanji
kepada Hendro bahwa aku akan membagi semua milikku kepadanya termasuk
kekasihku dan aku akan ceritakan di lain kesempatan bagaimana Hendro
juga memberikan adiknya kepadaku.
Tutik telah birahi, dia menggelinjangkan badannya ketika Hendro terus
menghisap putingnya. Sementara tangan kanannya mengangkat pinggul Tutik
ke atas dan Tutik dengan pasrah mengikuti gerakan tangan Hendro yang
mengangkat blouse ketat Tutik ke atas.
Blouse itu berhenti di atas pinggulnya sehingga sebagian pinggulnya yang
putih mulus itu telah berada di dalam genggaman tangan Hendro. Tangan
itu terus mengusap dan membelai paha jenjang, sementara celana dalam
hitam Tutik yang tipis terlihat jelas dan gundukan daging liang
kemaluannya tercetak di kain penutup celananya juga terlihat
remang-remang bulu-bulu kemaluannya keluar dari atas celana dalam mini
Tutik.
Tangan Hendro yang kiri kulihat membuka reitsleting celana jeansnya dan
kulihat tangannya mengeluarkan kejantanannya yang ternyata telah
menegang dan besar lalu mengarahkan tangan Tutik untuk memegang batang
kejantanannya. Tutik dengan perlahan memegang batang kemaluan tersebut,
dan secara perlahan lama kelamaan mulai mengurut batangan itu ke atas ke
bawah dan mereka berdua terus memberikan rangsangan kepada lawannya
masing-masing. Tangan Hendro kadang meremas bongkahan pantat Tutik dan meremas pinggul
Tutik. Sementara Tutik tangannya terus mengurut batang kemaluannya ke
atas ke bawah. Cukup lama mereka melakukan hal itu.
Kurasa mereka berdua saling mendesah dan mengerang terlihat dari gerakan
bibir dan mulut Hendro dan Tutik yang kadang terbuka dan tertutup.
Kadang mereka saling bicara diselingi ciuman mesra layaknya orang
bercumbu penasaran dan cemburu pasti ada pada diriku tapi dorongan untuk
melihat tindakan mereka berdua lebih kuat di otakku saat ini. Blouse Tutik, tali dipundaknya telah terlepas kedua-duanya ke bawah
sehingga blouse tersebut kini terlipat di tengah badan Tutik, bibir dan
lidah Hendro berganti-ganti mengisap dan melumat bukit dada Tutik kiri
dan kanan membuatnya mengerang dan menggelinjang badannya.
Kulihat Hendro berkata sesuatu ke Tutik dan tangan Hendro mengangkat
Tutik ke pangkuannya kulihat Hendro duduk menyandarkan badannya ke
belakang. Sementara Tutik duduk di pangkuan Hendro, dengan mesranya
tangan Hendro meremas bongkahan pantat Tutik sementara mulut mereka
berdua saling lumat saling bermain lidah dan kadang tangan Hendro
keduanya meremas kedua bukit dada Tutik dan Tutik pun karena terangsang
mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur. Rupanya batang kemaluan Hendro tengah digesek-gesekkan ke belahan
kemaluan Tutik walaupun Tutik tetap memakai celana mininya yang tipis,
tapi aku yakin Tutik merasakan gesekan batang kemaluan Hendro di belahan
kemaluannya.
Tak kumengerti kenapa Hendro tidak melepas celana dalam Tutik yang
tipis dan kecil itu padahal tinggal menarik atau menggeser sedikit tutup
kain tipis kecil penutup belahan kemaluan Tutik, maka liang kemaluan
Tutik akan terbuka di hadapannya dan tentu batang kemaluan besar itu
dapat menerobos belahan liang kemaluannya. Hanya terlihat tangan Hendro
masuk ke dalam celana Tutik di bagian pantat dan hanya dengan menggeser
kain tipis pada pantat Tutik.
Jemari Hendro dengan leluasa meremas bongkahan pantat Tutik. Saya
hanya bermasturbasi ria sambil menonton atraksi yang menggairahkan itu.
Tutik terus bergerak di pangkuan Hendro, kedua tangannya merangkul leher
Hendro sehingga bukit buah dada Tutik tepat berada di muka Hendro.
Sementara gerakan pantatnya maju mundur memberikan gesekan pada
belahan kemaluannya kadang kepalanya tertunduk dan membuat bukit dadanya
menekan muka Hendro saat itu Hendro memberikan sapuan pada bukit
tersebut dengan lidahnya.
Pada saat kepalanya terlempar ke belakang, Hendro meremas buah dada
itu dengan tangan kanannya melakukan gerakan memuntir perlahan puting
Tutik. Sementara tangan kirinya menyelinap ke belakang bongkahan bokong
Tutik dan membantu menggerakkan pinggul Tutik maju mundur berirama
kadang cepat kadang dengan gerakan lembut.
Lidah dan mulutnya tak kalah sibuk terus melumat dan menjilati
sekujur dada, leher dan muka Tutik seperti mandi kucing. Kurang lebih
lima belas menit mereka berdua bergerak seperti penari erotis dan
akhirnya Tutik sepertinya telah ejakulasi dengan keluar air
kenikmatannya, terlihat dari gerakannya yang perlahan dan lemas dibahu
Hendro.
Hendro berbisik dan lalu merebahkan Tutik ke kursi panjang itu dengan
posisi tetap seperti dalam pangkuan. Maka ketika direbahkan ke kursi
posisi Tutik dalam keadaan tertindih dengan kakinya yang tetap
mengangkang lebar.
Sementara kedua paha Hendro berada di antara paha Tutik. Batang
kemaluan Hendro dalam keadaan menegang tetap berada di belahan kemaluan
Tutik yang ditutupi celana mini tipis itu. Tangan Tutik memeluk leher
Hendro dan bibir mereka kembali saling berpagutan dan terlihat mereka
berdua saling bermain lidah.
Sementara tangan Hendro tak lepas dari meremas dan membelai bukit
buah dada Tutik. Lalu Hendro berkata sesuatu ke Tutik dan kulihat Tutik
menggelengkan kepalanya. Yak lama kemudian Hendro perlahan mulai
menggerakkan pinggulnya naik turun.
Kulihat gerakan itu teratur bergerak naik turun dan kadang menekan.
Sementara Tutik menengadahkan kepalanya ke atas. Aku tidak tahu apa
mereka bersenggama atau hanya eges-eges (gesek gesek) tapi celana dalam
Tutik tetap berada pada tempatnya. Kalau melihat gerakan mereka persis
seperti orang bersenggama tapi kok celana itu? Hendro terus bergerak
maju mundur membuatku penasaran dan batang kemaluanku tegang sendiri.
Memikirkan itu aku panik juga bagaimanapun dia itu adalah cewekku
tapi ini kami lakukan hanya untuk untuk membuat dia senang dan mengisi
kekosongan di dalam suasana yang BT. Untuk itu aku harus memastikannya
aku segera membuka pintu perlahan, tapi ternyata mereka berdua tidak
mengetahuinya, pasti karena suara lagu yang diputar cukup keras sehingga
mereka tidak tahu dan menyadari adanya kehadiranku di belakangnya.
Dengan berdiri di belakang mereka aku dapat melihat jelas Hendro
posisinya dengan bersandarkan pada kedua sikunya sehingga tubuhnya tidak
menghimpit badan Tutik tapi buah dada Tutik tetap saling berhimpitan
dengan dadanya. Sedangkan bagian bokong Hendro terus melakukan gerakan
memajukan dan menarik pantatnya.
Kulihat Tutik mengerang dan mendesah perlahan, tapi aku tidak dapat
melihat apakah celana dalam Tutik digeser kain penutup depan bagian
liang kemaluannya atau tidak karena terhalang oleh body Hendro yang
tinggi besar, dan memang celana itu tetap berada di tempatnya hanya
merosot sedikit ke bawah.
Terlihat tali celana itu tidak lagi berada di pinggangnya tapi telah
berada di pinggul. Penasaran melihat mereka akhirnya aku merasa yakin
mereka hanya gesek- gesek, maka aku rebahan di kamar tidur kurang lebih
sepuluh menit aku rebahan menenangkan diri. Ketika telah tenang otakku
akhirnya kupanggil Tutik ke dalam,
“Tutvv…” kataku. Tak ada jawaban , “Tutvvvv…” kataku lagi. “Yaa…”
kata Tutik menjawab. Aku rasa dia berdua kaget kalau aku ternyata telah
di dalam. Tutik ke dalam dan tersenyum malu dengan wajah merah.
“Kenapa sayang…” kata Tutik sambil memelukku. “Kamu tadi ngapain…”
kataku menyelidik sambil memandangnya gemas. “Kamu kan lihat sendiri…”
kata Tutik. “Kamu tidur sini…” kataku menarik dia rebahan di tempat
tidur.
Tanpa buang waktu ketika dia belum rebahan kulepas baju kaosnya
sehingga tinggal celana dalam mininya. Perlahan kujilati buah dadanya,
terasa wangi permen menthol. Memang di depan disediakan permen, tapi
terus saja kulumat putingnya.
Dia mengerang dan rupanya dia tidak sabar, segera menarik kaosku ke
atas serta segera melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Rupanya
pemanasan yang dilakukan tadi di luar bersama Hendro terlalu lama
membuatnya sudah ingin untuk bersenggama.
Kejantananku yang sudah menegang segera dipegangnya lalu dihisap dan
dilumat ke dalam mulutnya. Kurasa dia begitu terangsang birahinya karena
dalam melumat batang kemaluanku semua ditelannya sampai mentok di
tenggorokannya.
Kadang bijiku dihisap dan lidahnya bermain di sekujur batang
kemaluanku sampai ke buah zakarku dijilatinya. Lidahnya terus
bermain-main di ujung kepala kemaluanku dan menggeser-geser belahan
lubang kencing kemaluanku.
Rasanya… “Uuufff aakkhhh…” desahku. “Gila banget! Kamu sudah konackhh
ya.. Ginnn…” erangku keenakan dan terasa geli kadang meriang (coba saja
hal itu dengan pasangan anda pasti meriang itu badan).
Gila juga Tutik kalau sudah panas dia seperti orang di padang pasir.
Habis semua kemaluanku dilumatnya, sementara kulihat dicelananya ada
gumpalan cairan membasahi kain celana penutup belahan kemaluannya,
seperti bulatan.
Rupanya dia sudah banjir dari tadi atau bekas air mani Hendro?
Penasaran aku tanya dia, “Kamuuu tadi gituan yaaa…?” tanyaku penasaran.
“Emmmhh… emmhhhff…” dia tidak menjawab hanya terus melumat batang
kemaluanku lebih kuat lagi.
Digigitnya kepala kemaluanku pelan dan gemas, “Akkhhh… gilaaa
kamuuu…” kataku. Batang kemaluanku mengeras kuat seperti besi balok.
Kubiarkan dia memuaskan hasratnya melumat habis kejantananku dari ujung
sampai pangkalnya.
Momen ini kunikmati dan segera kubuka celana dalamnya, ternyata
kemaluannya telah basah dan lembab. Saat kubelai belahannya masih terasa
rapat, jadi mungkin dia belum sampai sejauh itu, pikirku.
“Kamu di atas Tut…” kataku menarik badannya ke atas menduduki
pinggangku. Perlahan dengan tangannya yang menggenggam batang kemaluanku
mulai diarahkannya ke lubang kemaluannya. Kepala kemaluanku perlahan
ditekan dengan bibir kemaluannya dan perlahan membelah bibir kemaluannya
yang telah basah membuat lebih mudah kepala batang kemaluan itu
menyusup belahannya.
Terus Gina menekan ke bawah pinggulnya dan, “Akhhh…” erang Tutik. “Enaaakkk… aduuhhh pelan-pelan, enakkk…” desahnya.
“Uufff… yaa enaakk…” desahku keenakan. Pelan-pelan batang kemaluanku makin lama makin tenggelam ke dalam liang kemaluannya.
“Akkkh… masuuukkk… ookkhh kontolllu… akkkggg… ennnakkkk…” erang Gina terpejam.
“Gilaaa… liang kemaluan kamuuu… masih rapat Ginnn…” kataku sambil
menghentakkan pinggulku ke atas dan menariknya ke bawah perlahan seperti
slow motion berulang kali. Setelah sepuluh kali dengan gerakan itu,
terasa telah dengan bebas dan mantap terkendali kemaluanku menyodoknya.
Lama kemudian gerakan batang kemaluanku makin mantap menyodok liang
kemaluan Gina. Dengan sepenuh tenaga kugerakkan pinggulku naik turun
tanpa henti sebanyak dua puluh kali membuat Tutik berteriak sambil
matanya terpejam histeris,
“Aaakk.. akhhh.. akkkhh… oohhkkk… aahhh.. uufff… aduhhhh… giilllaa…
aahhh… aadduuhh…” terengah Tutik. Sangat bergairah dia dengan gerakanku
membuatnya membalas gerakanku dengan hentakan kasar. Tutik segera
menghentakkan pinggulnya cepat kadang dia melakukan gerakan memutarkan
pinggulnya sehingga terdengar bunyi
“Brreeoott… brreettt… brreeeoott…” Rupanya telah banjir sekali di
dalam liang kemaluannya tapi dinding kemaluannya tetap menjepit batang
kemaluanku. “Luar biasa, gila kamuuu hot bangetttt.. Ginnn…” kataku.
“Gue mauuu yang kuattt… yang kuattt nekannya ahhkkk.. yang panjang
kontolnyaa… akkkhh terusss ngentotin kontolnya… akkgg…” erang Tutik
histeris. Kurasa Hendro juga mendengar erangan Tutik karena pintu kamar
tidak kututup ketika Tutik masuk tapi biar saja dia terangsang, pikirku.
Selang lima belas menit ternyata gerakannya makin panas saja. Habis
sudah kemaluanku dihisap ditarik di dalam liang kemaluannya. Sementara
badannya telah keringatan, “Aahh… aaahhkkk… uufff… ennaakk…” desah kami
berdua.
Kadang aku sengaja mengangkat pantatku tinggi-tinggi dan dia menekan
kemaluannya makin ke bawah terus pinggulnya berputar-putar sehingga
terdengar bunyi “Breeet brett brrett…” Terasa panas di sekitar batang
kemaluanku.
Kuat juga aku telah dua puluh menit dengan gerakan yang membuat
keringat membanjir tapi sampai saat ini belum terasa juga kalau air
maniku akan keluar. Biasanya yaaa dengan gerakan yang seperti biasa
paling lama sepuluh menit keluar air maniku. Mungkin karena aku ingin
membuktikan bahwa aku juga bisa kuat dari teman baikku.
Yang jelas batang kemaluanku dalam keadan stabil menegang terus dan
gerakanku tidak berubah. Kadang lembut dengan hentakan yang kuat dan
kasar dengan gerakan memutar dan mengocokkan batang kemaluanku terasa
seperti membor lubang kemaluannya dan ternyata Tutik menyukai gerakan
dan hentakan yang kulakukan.
“Giiilaaa.. kamu kuat sekali… tumben tuh… oohh gue puaasss…” desah
Tutik keenakan dengan tersenyum puas. “Ya sudah lama ya Tut, nggak
beginii…” desahku. Karena tidak keluar-keluar juga ini air mani,
akhirnya kami kecapaian sendiri.
Dalam keadaan terengah-engah keenakan kami berhenti sebentar.
Akhirnya aku tanya ke dia, “Bagaimana kalau kita istirahat dulu Tut..”
ternyata dia mengangguk setuju dengan muka memerah dan keringat di
dahinya menetes.
Aku usul lagi, “Kita keluar yukk… Tut.. kasihan Hendro… sendiri di
luar,” kataku. Tanpa bertanya lagi Tutik lalu melepas segera batang
kemaluanku dari lubang kemaluannya. Rupanya dia juga belum tuntas dan
keluar dari kamar berjalan dengan telanjang bulat.
Dia keluar sendiri, sementara aku menjadi bengong. Ternyata Tutik
tanpa bertanya lagi keluar kamar dalam keadaan badan telanjang bulat.
Gillaa! sudah konak dia rupanya. Beraninya dia telanjang bulat menemui
Hendro di ruang depan.
Aku tersentak, segera ke kamar mandi mencuci kemaluanku yang telah
basah oleh karena air kenikmatan dari liang kemaluan Tutik. Di kamar
mandi aku berpikir ngapain Tutik di luar bersama Hendro, tentunya Hendro
terkejut dengan kehadiran Tutik yang telanjang bulat di hadapannya.
Setelah cukup lama di kamar mandi membersihkan diri sekitar
kemaluanku. Perlahan aku keluar kamar dan berdiri di pintu. Kulihat
sesuatu yang telah membuat aku terkejut. Gila! aku jadi terangsang
sendiri melihatnya.
Tutik ternyata dalam posisi yang sangat seksi sekali. Mungkin Tutik
telah tinggi birahinya. Sepertinya telah terangsang penuh birahinya dan
tanpa malu dan ragu lagi dia dalam posisi menungging. Dalam posisi
menungging di atas kursi dalam keadaan telanjang bulat.
Terlihat tubuh putih mulusnya dengan lekuk tubuhnya, bokongnya putih
mulus dan pinggul yang cukup besar pinggangnya yang ramping. Bokongnya
yang tinggi ke atas dan buah dadanya menjuntai keras membentuk bulatan
dengan putingnya yang telah mengeras, rambutnya yang hitam dan panjang
lurus sebagian tergerai kesampingnya, sebagian lagi menutupi pundaknya
yang halus dengan bulu-bulu halus di sekitar pundaknya menambah seksi
posisinya.
Sementara tangan kiri Hendro mengusap dan membelai serta kadang
meremas bongkahan pantat Tutik yang sedang menungging itu. Tangan kanan
itu meremas buah dada Tutik dengan remasan perlahan dengan jemari
menjepit puting Tutik.
Hendro telah menarik celananya sendiri berikut celana dalamnya ke
bawah di antara lututnya. Batang kemaluannya terlihat menegang keras dan
besar dengan bulu-bulu kemaluan yang berwarna hitam. Sedangkan kepala
kemaluannya berwarna merah dengan diameter ukuran botol Aqua 600 ml.
Ukuran batangnya panjang 23 cm, diameter batangnya 6 cm.
Terlihat kepala kemaluannya tengah dicium-cium oleh bibir Tutik.
Tutik ternyata sedang asyik menciumi kepala batang kemaluan dan belahan
air kencingnya. Dengan posisi menungging, dalam keadaan telanjang bulat,
perlahan-lahan mulut itu menelan kepala dan batang kemaluan itu. Hampir
tidak muat mulut Tutik menelan kepala itu.
Mulutnya harus membuka selebar-lebarnya dahulu baru dapat mengulum
batang kemaluan Hendro. Perlahan dan tak lama kemudian terlihat kepala
Tutik naik turun ke atas ke bawah dan kadang lidahnya menjilati batang
kemaluan Hendro yang besar.
“Aahh Gooddhhh…” desah Hendro terpejam keenakan. Sementara Tutik
hanya mengerang karena tangan Hendro terus memberi remasan di sekitar
kemaluannya. Terlihat tangan kiri Hendro menyusup dari bawah badan Tutik
dan berhenti jemarinya ketika berada di belahan selangkangan paha
Tutik. Jarinya bergerak membelai belahan kemaluan Tutik yang telah
basah.
Setelah kurang lebih lima menit menyaksikan adegan yang mendebarkan
jantung, perasaanku berdebar kencang karena terangsang. Aku benar tidak
sabar melihat adengan itu. Kemaluanku mengeras kembali malah lebih keras
dari yang tadi pada saat bersenggama di dalam kamar.
Dalam keadaan telanjang bulat dengan batang kemaluan menegang aku
menghampiri mereka. Kulihat mereka kaget, “Oopppss…” kata Hendro kaget.
“Sorry gue nggak tahan…” kataku. Tanpa permisi lagi kuambil posisi di
belakang bokong Tutik yang polos dan dengan berjongkok di belakang
Tutik, mulutku langsung menjilati kemaluan Tutik.
Ternyata Hendro hanya tersentak sedikit tapi dia terus malah
mengangkangkan kakinya lebih lebar sehingga belahan kewanitaan Tutik itu
lebih terkuak membuka, sehingga klitorisnya terlihat dan segera
kujilati klitorisnya dan kumainkan lidahku di sekitar klitorisnya.
“Aakkhh emhhff ahhh mmhhh aauufff… ahh…” desah Tutik dengan kepalanya
yang makin cepat bergerak naik turun di selangkanganku. Sementara
tangan keduanya telah meremas buah dada Tutik. Terus kumainkan belahan
liang kemaluannya dan kadang lidahku menerobos masuk ke dalam belahannya
terus mengkilik-kilik sekitar klitorisnya yang terlihat memerah.
“Emmhhpp… emmppphh… ahhh…” dia mengerang keenakan. Kurasakan dia
menggerakan pinggulnya dengan irama dangdut, yaitu menggerakkan perlahan
bokongnya serta meliuk-liukan badannya dan berkedut-kedut liang
kemaluannya,
“Emmfff… mmmbhh…” kadang badan Tutik di angkat ke atas dengan cara
menekan buah dada Tutik ke atas. Ketika itu bibir kami berdua saling
berpagutan desahnya tidak tahan lagi dan terus tangannya mengarahkan
kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya dan perlahan, ”
Ahhkkk… aah ahhh… oohhh… ennaakknyaaa…” erang dan merintih dalam
kenikmatan kemaluanku masuk perlahan. Tak lama batang kemaluanku dalam
hitungan detik tenggelam sudah di dalam liang kemaluan Tutik yang telah
basah dan hangat dinding liang kemaluannya.
“Aahh… aahhh… aahhkk… dorong yang kerass.. ahk yaaa… aahkkk dorong
terusss…. yyaa… ahkk tekan yang dalammm… eennaakhh…” rintih Tutik sambil
terus mengikuti gerakan dorongan pinggulku yang menghentakkan batang
kemaluanku seluruhnya ke dalam lubang kemaluannya.
“Bleeppss… sleepss… bleebss… slleeppss bblleppss… slleppsss…” “Aahhh…
aahhh aahh eenaaknya… kamuuu… gilaa luaarr biasaa… enakkk ngentotin
kamu Giinnn… akkhh…” erangku kenikmatan terasa hangat batang kemaluan.
Dengan posisi kuda-kuda yang sangat mantap kakiku terasa menapak bumi
tidak bergeser dalam menggerakkan pinggulku maju mundur sehingga pusat
tekanannya dapat kupusatkan kepada batang kemaluanku yang terus
menggenjot atau menggelosor keluar masuk belahan liang kemaluannya.
Dengan gerakan seperti menyalurkan tenaga dalam maka nafasku dari
seputar perut kuatur semua gerakanku sehingga gerakan yang terjadi bukan
melalui pikiran tapi telah digerakkan secara otomatis melalui sekitar
pinggulku nafasku perlahan dalam satu kali tarikan nafas, aku dapat
menghujamkan kemaluanku sebanyak tiga kali atau bisa sampai tujuh kali.
Pada saat melepas nafasku, keluar gerakan kulakukan berputar sekitar
pinggulku, sehingga otomatis batang kemaluanku melakukan gerakan
berputar dua atau berkali-kali di dalam liang kemaluannya.
“Aahkkk… akhh… gilaaa… gilaaa… akkhhh… akhhh… gilaaa… enakk… enaakk…
ahhh… uuuff… adduhh… enaknyaaa… aaookhhh…” Tutik merintih dan mengerang.
Hendro melihat kepadaku dengan pandangan tidak percaya kalau aku dapat
melakukan gerakan seperti itu yang membuat Tutik kelojotan dan bergetar
seluruh persendian badannya.
Baru tahu dia, pikirku tersenyum kepadanya dan rupanya membuatnya
menjadi terangsang. Kulihat matanya saat itu terbelalak ketika melihat
batang kemaluanku keluar masuk teratur dengan nafas yang teratur juga.
Batang dan kepala kemaluannya memerah dalam cengkeraman tangan Tutik.
Batangnya makin lama makin mengeras, karena Tutik makin lama dia tidak
dapat mengcengkeram diameter batang kemaluan itu.
Tutik makin mempercepat gerakan tangannya menarik dan melakukan
gerakan memutar atau seperti memelintir batang itu. Ternyata Tutik hanya
tahan sepeluh menit di dalam menghadapi adukan batang kemaluanku yang
mengamuk di dalam liang kemaluannya hingga dia melenguh dalam rintihan,
“Aahhh… aakkhhh… ooohhhh gueee keluaarr…” badannya bergetar hebat dan
matanya terpejam dan mulutnya terbuka menganga lebar. Hendro terpaku
memandang Tutik yang ejakulasi dengan badan yang bergetar dan akhirnya
Hendro rupanya tidak tahan melihat keadaan yang ada di hadapannya dan
yang juga terjadi pada batang kemaluannya.
Sehingga matanya membelalak dan lalu terpejam, “Aahhkk aaahhh…
ahhkkk…” keluar air maninya di dalam genggaman tangan Tutik. Air mani
itu meleleh di jari-jari Tutik. “Ha.. haa haa…” aku tersenyum penuh
kemenangan.
Kalah lama dia karena aku sendiri belum apa-apa saat ini. Setelah
Tutik mengelap tangannya dengan tissue basah, kutarik dia untuk gantian
duduk di atas pangkuanku. Dengan posisi saling berhadapan kemaluanku
menghujam kembali ke dalam liang kemaluannya dan gantian dia yang
bekerja dengan gerakan memutarkan pinggulnya dan gerakan
memaju-mundurkan bokongnya dan kadang kurasa liang kemaluannya
berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku.
Rupanya dia ingin membuatku keluar juga air maniku. Setelah lebih
kurang sepuluh menitan dia membuat batang kemaluanku kerja keras.
Kulihat dia juga telah mau keluar lagi mengerang.
Dia, “Aahhkk… akhh ahhh gue mauuu keluaarrr… lagii… samaa-samaaa kamuuuu keluarrr jugaa… yaaa…” erang Tutik.
“Aahhh yyaaa barenggg Tut… guee juga ampirrrr… keluarr… aahhkk
aakkhh… yaakkk keluuaaarr… ahkkk akhh…” erang Tutik dan aku bersamaan,
“Aahhh… giilaa…. eenaakk… puasss gueee,” rintih Tutik. Keluar sudah dan
tuntas birahi yang menghimpit dan menggunung di dada ini.
Ada barangkali lima semprotan air maniku keluar membasahi seluruh
rongga dalam liang kemaluannya sampai akhirnya kulepas batang ini. Puas
sekali.
Setelah berbenah diri, mencuci dan membersihkan bekas-bekas yang ada
dan ternyata kami telah memakai ruangan itu selama tiga jam dan habis
total cuma Rp. 450.000 untuk semuanya.
Posted By : Agen Poker
No comments:
Post a Comment